Di tengah dinamika geopolitik global yang kian kompleks—mulai dari perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, ketegangan di Laut Cina Selatan, hingga konflik berkepanjangan di Timur Tengah—BUMN Indonesia seperti Pelindo menghadapi tantangan dan peluang yang tidak bisa diabaikan. Sebagai pengelola pelabuhan terbesar di Tanah Air, Pelindo tidak hanya berperan dalam memperlancar arus logistik domestik, tetapi juga tengah bersiap mengambil peran lebih besar di panggung internasional melalui ekspansi dan kerja sama strategis lintas negara.
Namun, ekspansi global tentu tidak cukup hanya dengan kesiapan bisnis semata. Aspek hukum internasional, diplomasi ekonomi, hingga efektivitas skema G2G dan B2B menjadi elemen krusial dalam menjalin sinergi yang berkelanjutan dengan mitra asing. Dalam proses tersebut, Pelindo perlu cermat membaca arah angin politik global sekaligus memperkuat fondasi internal—baik dari sisi hukum, tata kelola, maupun kesiapan proyek strategis seperti Kalibaru dan inisiatif lainnya yang tengah berjalan.
Oleh karena itu, program BERLABUH kali ini mengangkat judul “Unlocking Value : Pelindo’s Global Expansion - Opportunities and Challenges” sebagai upaya untuk menggali lebih dalam mengenai hal-hal yang bisa perlu dipersiapkan dalam menghadapi berbagai perubahan dan bersiap untuk ekspansi secara global
Menggali lebih dalam mengenai hal-hal yang bisa perlu dipersiapkan dalam menghadapi berbagai perubahan dan bersiap untuk ekspansi secara global.
“Prof, melihat kondisi geopolitik global saat ini—perang dagang AS–Tiongkok, konflik Laut Cina Selatan, hingga ketegangan Timur Tengah—seberapa besar dampaknya terhadap ruang gerak Pelindo sebagai BUMN pelabuhan yang aktif menjajaki kerja sama internasional?”
“Dalam konteks diplomasi ekonomi, bagaimana BUMN seperti Pelindo dapat menjadi alat strategis untuk memperkuat posisi Indonesia secara hukum dan politik di kawasan maritim?”
“Dalam kerja sama internasional, khususnya pengelolaan pelabuhan atau proyek joint venture, apa saja tantangan hukum internasional yang harus diperhatikan?”
“Jika terjadi perbedaan sistem hukum atau yurisdiksi antara Pelindo dan mitra asing, bagaimana strategi yang tepat untuk mengantisipasi potensi konflik di kemudian hari?”
“Apakah kerja sama pelabuhan dapat menjadi salah satu bentuk diplomasi maritim dan soft power Indonesia dalam hubungan luar negeri?”
“Dari sisi bisnis, apa peluang ekspansi global yang saat ini paling realistis dan sedang difokuskan oleh Pelindo? Apakah ada kawasan atau mitra yang menjadi prioritas? Lalu skema seperti apa yang kemudian dapat dilakukan dengan memperhatikan kesiapan dan proyek prioritas lain yang saat ini sedang berjalan seperti ekosistem Kalibaru?”
“Belakangan, engagement dengan mitra global banyak dimulai lewat G2G—kedutaan, misi dagang, dan sebagainya. Bagaimana Pelindo memastikan transisi ke kerja sama B2B dapat berjalan efektif dan konkret?”
“Saat ini, pengembangan bisnis baik di Kantor Pusat maupun Subholding tengah berlangsung. Apa saja proyek strategis internal yang berkaitan dan mendukung kesiapan Pelindo untuk ekspansi global?”
“Ekspansi global tentu menuntut kesiapan internal Pelindo. Apa saja langkah konkret Pelindo dalam meningkatkan kapabilitas internal yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara internasional (quick win-nya)?”
“Dalam menjalin kemitraan global, bagaimana Pelindo memastikan bahwa prinsip keberlanjutan (ESG) dapat di-embed dalam proses kerja sama?”
All Level
| No | Waktu | Kegiatan / Materi | Pengajar |
|---|