Meskipun kontainerisasi berkembang demikian pesat dalam moda transportasi laut, namun model angkutan konvensional dalam breakbulk cargo atau biasa disebut General Cargo tetap ada dan akan tetap ada, karena faktor-faktor:
a. Bentuk, sifat dan karakteristik komoditas tertentu tidak memungkinkan untuk diangkut dengan petikemas (containers) ;
b. Tidak semua pelabuhan memiliki fasilitas terminal petikemas dan access road yang memadai.
Conventional Terminal merupakan fasilitas penanganan muatan general cargo tersedia di setiap pelabuhan di daerah di seluruh Indonesia, termasuk pelabuhan-pelabuhan besar yang sudah tersedia terminal petikemas. Penanganan muatan general cargo atau breakbulk cargo memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan penanganan muatan petikemas atau muatan curah, karena:
a. Muatan campuran (Heterogen Cargo) terdiri dari berbagai jenis komoditas, bentuk/kemasan, berat serta sifat dan karakteristiknya berbeda-beda
b. Penanganannya harus dilakukan secara individual dan membutuhkan alat bantu bongkar muat yang bermacam-macam sesuai kemasan atau bentuk muatan yang ditangani ;
c. Penataan muatan di kapal (stowed) atau di fasilitas penyimpanan (strorage) harus memperhatikan sifat dan karakteristik muatan.
Dengan karakteristik yang sedemikian rupa complicated menyebabkan banyak Operasi terminal konvensional tidak mampu menunjukan kinerja yang seharusnya (possible performance) sebagaimana sumber daya yang tersedia.
Melalui program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman berbagai aspek penting dan mendasar serta skill yang diperlukan dalam operasi penanganan muatan general cargo atau breakbulk cargo di pelabuhan.
Staff
1. Indikator Kinerja Pelabuhan
2. Perencanaan dan Pengendalian Operasi
3. Organisasi Dermaga
4. Operasi Kapal
5. Operasi Pemindahan Muatan di dermaga
6. Operasi Penumpukan Muatan di Gudang/ Lapangan
7. Operasi Penerimaan dan Penyerahan Muatan
8. Kunjungan Lapangan